Rabu, 08 April 2015

Puisi : Suara Sepi Temaram


SUARA SEPI TEMARAM
Erina Dwi Lestari

Kilau wajah yang semakin meredup nyeringai di tepian senyum
Senyum dalam pembentuk pusara di pipi, pudar oleh balaunya angin
Angin yang membelai kulit tak henti-hentinya merengek
Merengek, meminta, menuntut untuk tetap kekal abadi

Lintas dimensi syaraf yang tertaut di balik tulang tengkorang yang kokoh
Tak sejalan dengan isi di ubun-ubun
Hati, perasaan, pikiran, bawah sadar, tabiat, entah istilah omong kosong lainnya?
Omong kosong untuk dimengerti
Di mengerti dan tak bisa mengerti

Sang binatang buas yang berbicara ini jauh lebih kejam dari apa pun yang ada di belantara
Mencari makan tak bertakar malu
Melakukan apa yang serigala atau babi hutan pun tak sudi melirik
Sel baik hati nan mulia terganti sel jahanam pewarisan makhluk yang digambar bertanduk oleh Penciptanya
Yang tak pernah berharap sang binatang menjadi rekan

Cih! Siapa kau!
Aku sekuat ombak samudera
Tak terkalahkan, terbayar sang jahanam
Merasa berkuasa melebihi Tuhan

Sejagat sepi ku dengar bising temaram penuh kesah
Kesah kecil yang bahkan tak berarti lebih dari sekedar kotoran di balik bayang ilusi
Di manakah milikku?
Tak adakah arus yang mau menampungya?
Sudikah kiranya sang mulia mencicipi merdu dendangnya?

Sebuah hati kecil yang tak bersuara
Oleh binatang yang dibinatangkan
Tak berdaya, bukan siapa dan apa
Takut berharap perubahan

Takut bermimpi kebahagiaan, rindu akan kebahagian

Tidak ada komentar: